Sama seperti Sang Buddha telah menunjuk 2 siswa utama, Y.A Sariputta dan Y.A Mogallana untuk Sangha Bhikkhu, Beliau juga menunjuk dua orang siswa utama wanita untuk Sangha Bhikkhuni. Mereka adalah Y.A Khema dan Y.A Uppalavanna
Khema adalah salah satu dari ratu-ratu cantik raja Bimbisara. Perubahan yang terjadi pad diri ratu Khema ini adalah kejadian yang jaran, dimana Sang Buddha menggunakan kekuatan batin Beliau untuk membuat perubahan di hati orang lain. Sang Buddha tidak pernah menggunakan kekuatan Beliau untuk mengendalikan emosi/perasaan orang lain, melainkan semata-mata untuk membangkitkan pengeritan dan memunculkan kebijaksanaan.
Khema cantik bagaikan bulan purnama sepoi-sepoi, Khema memutuskan untuk mengunjungi vihara yang dibangun oleh raja Bimbisara untuk Sang Buddha di Hutan bambu. Tupia-tupai berlarian di pohon-pohon buah yang membuat bayang-bayang di atas rumput. Telaga-telaga ditutupi oleh teratai-teratai dan bau wangi jasmin berhembus di udara.
Kemudian Khema tertarik dengan suara yang dalam dan jernih yang datang dari ruang pembabaran Dhamma. Ini tidak seperti apa yang pernah a dengar sebelumnya. Suara ini terdengar lebih indah dan merdu daripada nyanyian burung-burung pada waktu menjelang pagi. Suara itu begitu hangat, tenang, serta penuh cinta kasih dan perhatian. Kata-kata itu adalah kata-kata yang mengandung kebijaksanaan.
Bagaikan seekor lebah yang tertarik pada sekuntum bunga, Khema bergerak menuju ke ruang di mana Sang Buddha sedang memberikan uraian Dhamma.Karena ia tidak ingin Sang Buddha mengenalinya maka ia menurunkan kerudung kepalanya hingga menutupi wajahnya dan duduk di belakangan ruangan itu. Apa yang tidak ia ketahui bahwa Sang Buddha mengetahui siapa dia dan apa yang sedang ia pikirkan.
Dengan kekuatan batinNya, Sang Buddha menciptakan suatu perwujudan seorang gadis mdua yang amat cantik, berusia sekitar 16 tahun, sedang berdiri di samping Beliau dan mengipasi Beliau. Khema menghela nafas keheranan pada kecantikan gadis itu dan menatapi gadis itu dengan penuh kekaguman.
“Oh, lihat itu bentuk hidungnya yang indah, bibirnya, lengan dan jari-jarinya”, pikir Khema. “Dengan kulitnya yang sempurna, dia tampak seperti bunga yang mekar merekah di musim semi. Dia jauh lebih cantik daripada siapapun yang pernah saya lihat, dan juga, dia jauh lebih cantik daripada saya”.
Selang beberapa saat, Khema berpikir bahwa matanya sedang menipunya. Apakah dia melihat bahwa gadis mdua itu berubah menjadi tua? Ya, benar. Kecantikan itu memudar dari perwujudannya yang cantik. Dengan cepatnya kerutan-kerutan muncul pada wajahnya, dan senyum pada bibirnya yang seperti bunga lotus, berubah menjadi seringaian yang ompong. Rambutnya berubah menjadi abu-abu, kemudian putih. Anggota-anggota badan yang semula ramping berisi dan kuat berubah menjadi kurus dan lemah, dan dia jatuh ke lantai. Dari seorang gadis yang muda, perwujudan ini kemudian berubah menjadi seorang perempuan tua yang berusia 80 tahun.
Khema melihat perempuan tua ini mati dan membusuk sampai tulang-tilangnya menjadi debu.Khema kemudian menyadari bahwa sama seperti gadis cantik itu, suatu hari ia juga akan menjadi tua dan mati. Semua kesombongan dan kecantikan luar, luluh dari dirinya dan ia seketika mengerti akan ketidak-kekalan dari fisik jasmani dan kehidupan.
Ia mencapai tingkat Arahat, dan ia memasuki Sangha Bhikkhuni setelah mendapatkan izin dari raja Bimbisara. Ia menduduki ranking pertama dalam Pandangan Terang di antara para bhikkhuni lainnya.
No comments:
Post a Comment